Wednesday 30 November 2011

kepala di kaki

Sejenak ku balikkan kepalaku k bawah, sementara kaki ku tukar ke atas. Sekilas mungkin terasa aneh ataupun janggal tp cobalah utk sesaat lakukan hal yg sama dgnku dan mari kita lht keadaannya.

Langkah kaki org2, sebagian terlihat sgt cepat, mgkn pemilik langkah2 itu adlh org2 sibuk yg memiliki bnyk kegiatan hingga tdk ingin menyia-nyiakan waktu hny utk melangkah. Sebagian lg pemilik langkah2 biasa yg mgkn pemiliknya hanyalah org2 yg sekedar melangkah utk mengisi hari.

Tp apakah pemilik langkah cepat itu artinya mereka lebih hebat daripada pemilik langkah yang biasa-biasa saja? sepertinya tidak juga.

Baiklah sekarang perhatikan jenis alas kaki yang mereka punya. Sebagian di hiasi oleh alas kaki mahal yang memiliki model terbatas dan terbuat dari bahan yang limited edition, tapi sebagian lagi hanya beralaskan sendal jepit atau bahkan tak beralas kaki sekalipun. Lantas apakah pemilik alas kaki mahal lebih mulia dibandingkan mereka yang tidak memiliki alas kaki? Jelas tidak ada yang bisa memastikan. 

Baiklah ku kembalikan lagi kepalaku ke atas, karena pasokan oksigen yang kurang ke kepala membuat kepalaku pusing, eniwey bagaimanapun gerak langkahkaki dan bagaimanapun bentuk wujud alas kaki mereka, mudah-mudahan yang di tuju adalah sesuatu yang baik.

Sunday 27 November 2011

Pensil dan Penghapus

Pensil melangkah dengan lincahnya, menulis bait demi bait kehidupan. 
Kadang terlihat garis-garis yang jelas dan tegas dari setiap gambaran yang ia deskripsikan, namun kadang garis-garis lembut nan halus yang terlukis di balik goresannya.
Kadang ia terhenti tanpa melanjutkan sepatah katapun, namun kadang perkataannya mengalir panjang bagaikan tak berujung.
Kadang kau pahami ucapannya, namun adakalanya seakan jauh tak terjamah.

Adalah penghapus, yang kadang terlupakan, yang kadang bentuknya sudah tak beraturan, yang sekadar ada untuk mendampingi pensil.
Tugasnya sederhana, hanya menghilangkan kata-kata dari bait kehidupan yang pensil tuliskan.
Ia hanya datang bila di perlukan, selebihnya mungkin ia tertinggal di bawah kolong meja, ataupun tergeletak terlupakan di suatu tempat.

Penghapus, ia begitu berguna, namun kadang hanya tergeletak begitu saja tatkala pensil begitu percaya diri hingga ia tak merasa membuat setetespun noda dari apa yang telah ia goreskan.
Ada kalanya setiap guratan-guratan yang pensil torehkan seakan tak bermakna dan selalu membutuhkan penghapus untuk menghapusnya, namun tetaplah pensil yang mampu menuliskan dan memuaskan apa yang perlu di luapkan, sedang penghapus hanya menghilangkan tatkala pensil menyatakan sesuatu itu salah.

Lantas apakah torehan kicauan pensil akan habis secepat waktu berganti, ataukah penghapus yang akan berlalu karena terkikis oleh tajamnya gesekan kertas.

Sunday 20 November 2011

malas itu kreatif

aku malas berjalan kaki, capek, tring...... terciptalah motor
aku malas bawa buku banyak-banyak, tringg..... terciptalah notebook
aku malas datang, jauh, tringg... terciptalah teleconference

semua kemudahan itu saya fikir lahir dari sebuah perspektif kemalasan, sebuah perspektif negatif yang ternyata dapat membuahkan hasil yang sangat postiif.

teringat pula di sebuah kesempatan berdiskusi dengan seorang dosen, beliau pun sependapat dengan saya, bahwa karena malas mengerjakan sesuatu yang banyak dan dengan waktu yang sempit, maka beliau berfikir dan akhirnya terciptalah suatu jalan pintas yang cerdas.

tidak perlu di bahas panjang lebar lagi saya compile dari sini , sini serta hasil review buku malas tapi sukses dari sini, saya mencoba menyimpulkan bahwa maksud malas di sini adalah malas dalam arti fisik, yang artinya tidak ingin melakukan kerja berat dan banyak, namun dengan konsekuensi tidak ada mati suri dalam pemikiran.

dan malam ini saya mempraktekkan salah satu kemalasan itu >;)

orang yang malas biasanya kreatif, setuju ? :D

melukis warna hujan, bisakah?

Tuesday 15 November 2011

RUMUS GALAU

1.         - A à GULA

A adalah sebuah nilai kesempurnaan sejati yang selalu diidam-idamkan orang. Padahal justru sejatinya tidak ada kesempurnaan yang sejati di dunia ini, sekalipun mendapatkan nilai A itu sama sekali bukan merupakan kesempurnaan yang sejati, maka itu buang saja idealisme dalam memperoleh nilai A dan cobalah untuk mengambil manisnya dalam bentuk GULA bukan artinya kita tidak berusaha untuk melakukan atau mendapatkan yang terbaik tapi dengan menikmati proses yang begitu manis maka kita akan dapat mengubah kata GALAU.

 

2.         U = H à GALAH

GALAH untuk yang belum tahu, adalah sebuah alat bantu untuk mengambil buah untuk porhon-pohon yang memiliki ukuran tinggi. Usaha yang sudah maksimal tidak akan seimbang kalau tanpa sebuah Harapan (do’a) pada Sang Maha Berkehendak untuk Rohman dan RohimNya. Seperti filosofi GALAH, maka Harap(do’a) pada Sang Khalik adalah sebagai ‘alat bantu’ untuk menggapai sesuatu yang sulit terwujud kecuali atas kehendakNya.

 

3.         – U, f(A) = I à GILA

Fungsi A yang kemudian di gantikan oleh I, yakni Iri berlebihan yang menyusup ke dalam hati, mengakibatkan tidur susah, makan gak enak, mengakibatkan pribadi yang susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah yang akhirnya mungkin sudah bisa di tebak apartemen mana yang akan dijadikan tempat berlabuh bagi orang-orang yang sudah seperti ini.

 sedikit refleksi pribadi, mudah2an tak sekedar teori

 

“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am: 141)

Wednesday 2 November 2011

gantungkan pada gantungan kunci


Sering dapet oleh-oleh gantungan kunci dari teman atau saudara?

Sepertinya memang gantungan kuncilah oleh-oleh yang paling tepat, murah dan awet, meski mungkin tidak semua orang menganggap gantungan kunci adalah barang penting dan oleh-oleh yang berharga. Demikian juga bagi sang pemberi oleh-oleh, mungkin hanya sekedar biar ada kesan dan tidak di bilang pelit ataupun sombong karena tidak membawa oleh-oleh. Hingga akhirnya oleh-oleh berupa gantungan kunci itu mungkin bisa berakhir dengan kemanfaatan sebagai fungsinya atau hanya diletakkan di sembarang tempat karena sudah saking banyaknya oleh-oleh berbentuk serupa yang kita dapat dari orang lain, karena tidak semua barang memiliki kunci dan harus ada gantungan kuncinya toh.

Tapi mungkin gantungan kunci bisa berkesan bila ada hal-hal berikut: yang memberinya adalah seseorang yang spesial hingga di simpan dalam peti yang bergembok (lebay :D) atau gantungan kuncinya terbuat dari emas sehingga sayang buanget kalo di buang (emang ada y yang kasih oleh2 begini?).

Coba bayangkan bila kamu jadi si gantungan kunci, sendirian, terpisah dari rombongan, di bawa pergi jauh dari tempatnya berasal yang kemudian dalam hatinya berdo'a agar bisa dipertemukan kembali dengan teman-temannya yang lain. Mungkin terdengarnya klise, tidak mungkin dan bahkan hanya seperti dongeng anak-anak saja, namun apabila iya pernahkah terfikir kalau si gantungan kunci akan membawa pemilik barunya bersamanya bila sang pemilikpun 'menggantungkan' keinginan melaluinya.

Dahulu ada seorang teman yang memberikan oleh-oleh sebuah gantungan kunci kepadaku ketika dia baru saja kembali dari jogja, saat itu ku berfikir sepertinya jauh adanya kemungkinan untuk bisa ke jogja sekalipun mungkin, namun entah kenapa sepertinya gantungan kunci itu membantu meyakinkan ku bahwa itu semua mungkin, terlepas dengan bagaimana bisa berangkat ke sana, dalam rangka apa dan kapan waktunya. Hingga akhirnya kesempatan itupun datang juga, meskipun ia datang ketika keyakinan itu sudah hampir pupus. Di sinilah aku berada sekarang, jogja yang entah dasar apa dan entah keinginan apa hingga kota ini akhirnya menjadi salah satu yang ingin ku tuju.

Menggantungkan pada sang gantungan kunci bukan berarti menjadikannya jimat yang harus selalu di simpan ataupun di elu-elukan, namun anggaplah ia sebuah iklan, sebuah serpihan, sebuah panggilan jiwa (beuh bahasanya) yang akan menguatkan kita untuk berangkat kembali dengannya, menuju kota asal darimana ia berasal.

Kali ini aku mendapatkan gantungan kunci yang berasal dari jepang. insyaAlloh............aamiin

rayuan sang mentari

Duhai adindaku mengapa kau bersedih?

Apa yang membuatmu bersedih?

tak sadarkah kau ku tlah hadir di sini?


gelap tlah hilang dan ku tlah hadir membawa cahaya menerangi jendela kamarmu,

ku bawa serta burung- burung yang tlah ku pinta untuk menghiburmu,

tuk beri kicauan-kicauan kebahagiaan yang kau pinta,

 

bila yang kau inginkan adalah melihat embun,

maka beranjaklah dan lihatlah ia yang tlah ku sinari agar terlihat untukmu


apalah arti hadirku pagi ini bila kau tak jua tergerak membuka jendelamu,

bagaimana ku kan dapat membagikan kehangatanku padamu bila tak sedikitpun tirai kau buka

 

berikanlah senyummu yang kau berikan kala itu,

yang tanpa kau sadari tlah membuatku bahagia

dan membuatku tak merasakan kelelahan kala menyinari bumi


duhai adinda,

dengarlah rayuanku ini,

kali ini ku tujukan hanya untukmu yang sedang bersedih

dan kuharapkan agar kau kembali tersenyum,

bila saja kau tahu bahwa senyummu sungguh lebih bercahaya daripada cahaya sinarku ini