Sunday 28 August 2011

S-2 yang GAPTEK

Beberapa kisah yang ingin saya sampaikan bukan bermaksud membuka aib, hanya sebuah pernyataan bahwa kami juga hanya manusia.

Suatu saat ketika teman saya dititipi sebuah motor matic dari seorang teman, dia mengantarkan motor tersebut ke kostnya, karena temannya akan pulang kampung. Tiba saat ketika ia hendak menyalakan mesin motor iapun panik karena berkali-kali di starter motor tak hendak menyala juga, karena panik lantas ia menelepon temannya perihal motornya tersebut sekiranya mungkin saja ada perlakuan khusus yang harus dilakukan. Temannya lantas menanyakan bagaimana cara ia menyalakan mesin motor tersebut, dan nyatalah bahwa ada kesalahan yang ia lakukan ketika mulai menyalakannya, ia lupa menekan rem tangan. oalah dan malulah teman saya saat itu, memang ia tidak memiliki motor matic, tapi ia sudah beberapa kali menggunakan motor jenis itu dan entah kenapa ia LUPA.

Cerita seorang teman yang pada suatu hari mendapatkan beasiswa riset ke luar negeri, sesampainya di sana dia sangat bingung dengan model toilet yang cukup aneh dibandingkan dengan di tanah air, sampai-sampai dia harus menanyakan perihal penggunaannya pada rekan setanahairnya yang kebetulan sudah ada di sana lebih dulu.

Seorang teman yang cukup ahli dalam bidang komputasi, mengenal berbagai macam software-software khusus yang digunakan untuk mengatasi beberapa problem sains. Suatu saat bertanya kepada saya perihal penggunaan situs jejaring sosial. Bagaimana cara membuat baris baru pada commentnya :D

Dahulu ketika saya meminjam hand phone milik salah seorang teman saya, teman saya itu memiliki handphone touchscreen lalu saya yang belum pernah menggunakan handphone jenis itu lantas bertanya, keypadnya gak di bawa y? :D (saat itu ada jenis handphone keluaran yg keypad mininya bisa di tempelkan seperti USB)

Perkembangan teknologi yang sangat pesat memungkinkan orang-orang dewasa yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi sekalipun bisa kalah dengan anak ABeGe

Ini hanya beberapa contoh di bidang teknologi, bisa juga terjadi dalam bidang lainnya, hingga ingin menyatakan bahwa kamipun memiliki kekurangan dan tidak serba bisa, sekalipun pendidikan kami dikatakan tinggi tapi suatu kewajaran bila kami tidak memahami beberapa bidang yang lain karena kami hanya manusia biasa,

Sering terdengar di masyarakat, kamu kan sudah Sarjana masa begitu saja tidak bisa, atau kamu kan sudah Master seharusnya itu mudah bagimu. atau bahkan yang lebih ekstrimnya kau sudah Sarjana, tapi sampai sekarang belum juga dapat kerjaan, sementara tetangga yang hanya lulusan SMA bisa hampir setiap hari ganti- ganti mobilnya. (curhat mode on) Intinya Allah SWT menciptakan manusia satu paket antara kelebihan dan kekurangannya, tentu Ia menciptakan begitu bukan tidak bermaksud, melainkan agar manusia dapat saling membutuhkan dan saling mengisi satu sama lain. :)

Monday 15 August 2011

si CACAT yang memberi si cacat

Sengaja saya membedakan tulisan 'cacat' yang pertama dengan huruf yang besar dibandingkan yang kedua karena saya ingin memberikan penghargaan bagi yang pertama dan mungkin sedikit rasa miris bagi cacat yang kedua.

Sebuah sketsa di dunia nyata tatkala seseorang yang notabene cacat tubuh namun masih mampu memberi pada seseorang yang juga cacat namun sayangnya ia justru 'menjajakan' kecacatannya demi sebuah kata 'uang'.

Bukan bermaksud menghakimi, hanya melihat realita dan sebuah harapan. Mungkin saya tidak bisa mengatakan kalau saya mengerti bagaimana rasanya menjadi orang yang cacat, saya hanya bisa berkata mengenai apa yang saya lihat dan membandingkannya. Ketika ada orang lain yang notabene sama dalam hal fisik 'cacat' namun dia justru tidak merelakan dirinya untuk menjadi si pemilik tangan di bawah (red:penerima) tapi lebih menginginkan menjadi sang pemilik tangan di atas (red: pemberi), lantas mengapa yang lain justru 'menyerah' dan hanya mampu menengadahkan tangan.

Sebenarnya konotasi 'cacat' di sini juga tidak hanya berarti cacat secara fisik, namun bisa pula saya artikan sebagai cacat psikis. Orang-orang yang secara fisik normal, namun memiliki kekurangan dalam hal sifat dan karakter. Misal orang yang sulit tersenyum, bagi saya ini merupakan salah satu jenis ke'cacat' an yang lain. Orang-orang yang sama sekali tidak mampu tersenyum namun berusaha agar mampu berbuat baik, demi mencoba membuat agar dirinya mampu tersenyum, jauh lebih baik ketimbang orang yang benar-benar tidak mampu tersenyum dan bahkan tidak berusaha berbuat bak dalam bentuk apapun.
 
Mungkin terkesan dipaksakan, tapi bagi saya orang-orang dengan kecacatan psikis jauh lebih patut dikasihani ketimbang orang-orang yang cacat secara fisik namun dia BESAR.

(mencoba menggabungkan realita dan idealisme diri)