"mencari sebuah persamaan garis linear"
inilah kurang lebih yg kukerjakan selama sekitar satu tahun setengah ini,
bagaimana agar faktor2 yg mempengaruhi persamaan garis linear ini baik,
dengan artian semakin sedikit faktor yang mempengaruhinya,
maka semakin dikatakan baik pula persamaan garis linear itu.
sekilas tampak mudah, atau setidaknya tidak akan memakan waktu lama (dugaan awalku),
tapi inilah hasilnya, aku terperangkap dalam usaha pencarian ini,
mungkin karena keangkuhanku pada awalnya, atau mungkin karena kemalasanku,
ku rasa tak ada bedanya, hasilnya adalah ke'lama'an ini.
baiklah ku coba menuliskan, beginilah kira-kira persamaan garis linear yang aku kerjakan.
y=k0 + k1x1 + k2x2 + k3x3 + ....
dimana: k0 merupakan angka konstanta yg tidak terkait faktor
pengali apapun,
k1x1 merupakan angka konstanta yg terkait pada faktor
pengali 1
k2x2 merupakan angka konstanta yg terkait pada faktor
pengali 2
dst
titik-titik di belakangnya merupakan tambahan faktor yang bisa di isi apabila memang masih ada mudah-mudahan tidak eneg duluan lihat angka-angka persamaan di atas ya hehe
oke cukup 'curhat' gak jelasnya sekarang seperti biasa mencoba untuk membuat kata-kata bijak di balik itu (walapun kadang-kadang memang sering terkesan maksa hehe)
andaikan y= Cinta (yup Cinta, the greatest thing of all, lebay mode on)
x= faktor yang mempengaruhinya, maka
cinta = hati +(k) materi + (k) waktu + (k) momen +(-) (k) jarak +....
besarnya (nilai) cinta akan sebanding dengan besarnya (perasaan) hati di tambah dengan semakin banyaknya kelimpahan materi,
lamanya waktu bersama, banyaknya momen yang di lewati bersama dan dengan jarak yang semakin tidak jauh tentunya.
mungkin ada yang mau menambahkan, kurang sependapat atau mau mengganti tanda plus menjadi minus ataupun sebaliknya? silahkan
namun terlepas dari itu semua seperti di awal tadi di atas semakin sedikit faktor yang mempengaruhinya maka akan semakin baik.
mengapa demikian?
oke, benar dengan menambah faktor tentu akan menambah nilai tapi bukankah itu menyatakan bahwa terlalu banyak 'syarat' agar cinta itu semakin besar?
bagaimana kalau kita abaikan semua faktor di atas dan tinggalkan hanya hati yang berbicara, abaikan materi, waktu, momen, jarak dst itu,
maka jawabannya bagaimanapun keadaannya, hatilah yang hanya menjadi sebagai penyebab cinta, hatilah yang membuat semuanya jadi priceless,
setiap waktu dan momen adalah spesial dan jarak bukanlah penghalang.
cinta bukan hanya milik sebuah pasangan, bisa jadi sebuah keluarga, dan tentunya cinta seorang hamba pada Robbnya.
menurutku seperti itulah seharusnya cinta, meski tidak selamanya sesuatu itu ideal.
judulnya matematika cinta....
ReplyDeletehehehe...
cinta = hati +(k) materi + (k) waktu + (k) momen +(-) (k) jarak +.....
ReplyDeletebesarnya (nilai) cinta akan sebanding dengan besarnya (perasaan) hati di tambah dengan semakin banyaknya kelimpahan materi,
lamanya waktu bersama, banyaknya momen yang di lewati bersama dan dengan jarak yang semakin tidak jauh tentunya.
sepakat banget
realistis ;)
Keren. Yg anak matematika aja gak kepikiran.. *jadimalu*
ReplyDeletematematika... ^_^
ReplyDeleteudah keder liat rumus awalnya...
kerennn ^_^
:D
ReplyDeletewah :D
ReplyDeleteberharap di dunia ini nggak ada rumus *komen orang kualitatif :))
ReplyDeleteada anak matematika beneran toh, mudah-mudahan tidak ada yg salah X_X
ReplyDeletesesempurna apapun rumus yang di buat, sesempurna apapun resep yang ada, tetap hanya manusia yang membuatnya, dan manusia tidak pernah sempurna :) (komentar gak nyambung :D)
ReplyDeletesaya juga keder mbak X_X
ReplyDeleteRumus hanyalah usaha dari manusia untuk menyederhanakan masalah. Padahal, sebenarnya tak semudah itu *tssssaaaaahhhh*
ReplyDeletenggak semua hal bisa dikuantitatifkan ~~> dengan rumus. Apalagi perasaan, hubungan sosial. Buktinya, rumus di jurnal ini pun akhirnya dijelaskan dengan kalimat sebagai bukti kualitatifnya. "Pokoknya Kualitatif" *judul buku :))
ReplyDeleteiya aja deh
ReplyDelete#ngalah sama yang kualitatif :P
weitsssss pujangga lewat :P
ReplyDeletesiapa2, siapa *nengok kanankiri*??
ReplyDeleteitu tu yg di tengah :P
ReplyDeletehehehe
ReplyDeleteahaha! gimana ya? aku kok tetep ngerasa menang walopun yg punya akun pasti bilang "mengalah untuk menang." :))
ReplyDeletewah ngajak ribut ni, oke tak lawanin, tidak semua bisa di jelaskan dengan kualitatif, misal saya berlari kencang, kencang nya segimana, mana lebih kencang, kencangnya aku atau kamu, klo ada angka yang di hasilkan dari rumus kan jadi bisa di bandingkan mana yang lebih kencang, dan seberapa kencang.
ReplyDeletekualitatif ataupun kuantitatif keduanya memiliki porsi masing-masing ada kalanya 'angka' perlu penjelasan 'kata', kadang 'kata' juga butuh 'angka'. atau ada kala nya juga memang keduanya cukup dengan porsinya yang sendiri-sendiri B-)
Ahahah! Kailku nyangkut.
ReplyDeleteSepakat. Yang jadi catetan buatku, ada hal-hal yang bisa dianalisis dengan metode kuantitatif ada yang enggak. Kalo cinta, perasaan, hubungan, menurutku nggak bisa dikuantitatifkan. Biarlah ia magis dengan kualitasnya. *tsaaaah!
klo di cermati baik-baik lagi tulisan saya, maka akan di dapat bahwa di balik rumus bahwa faktor ini-itu mungkin bisa menimbulkan cinta atau meningkatkan-mengurangi cinta, namun bila membaca kesimpulan saya bahwa semakin sedikit faktor (yang artinya bisa jadi tinggal satu yaitu hati) jadi klo pandai mencermati sebenarnya saya mencoba mengkuantitatifkan di balik kualitatif :)
ReplyDeletehahahaha
ReplyDeletesalam kenal ya :)
minta fb nya donk :D
eh iya blm jadi friend juga ya,
ReplyDeletesaya add ya,
FB di rinonly@yahoo.com
salam kenal juga :)
sudah aku add. vera astanti. konfirm yah :)
ReplyDeleteyup, sudah :)
ReplyDeleteKakak....
ReplyDeleteHal-hal kualitatif (seperti cinta dan hati) perlu deskripsi dan tidak bisa diringkas dalam angka atau rumus. Bahkan ada seseorang yang sudah takmenemukan alasan mengapai ia mencintai orang yang dicintainya. Pokoknya cinta saja. Itu terjadi, dan tentu tidak bisa dirumuskan.
ReplyDeleteAh.. aku beneran gak lagi ngedebat kusir. Cuman, aku memang termasuk yang gak sepakat kalau cinta itu dirumus-rumuskan.
*mari bersepakat untuk tidak sepakat ^^
Kak, gini nih tulisan anak sains, tak macam awak.
ReplyDeletehahah...
Keren banget kak
Ajarin Zahra dong kak buat tulisan gini :D
saya juga gak maksud debat kusir koq, cuma ingin membuka wawasan, karena sepertinya terpaku dan anti sekali dengan rumus, padahal kalau di cermati lagi bukan rumusnya di sini yang saya tekankan, mohon maaf klo bahasanya 'angka' sekali dan kurang nyatra dan nyeni, just try to thinking out of the box dan saya pikir tidak perlu ada kata sepakat ataupun tidak sepakat di sini, karena tidak ada yg perlu di sepakati :)
ReplyDeleteanak sains yang masih belajar nyeni dan 'nyatra',
ReplyDeletemasih banyak yang harus di pelajari,
justru kakak yang masih harus belajar banyak dari zahra,
bisa mengugah pembacanya dari hasil tulisannya :)
Sepakat! ~~> membuka wawasan.
ReplyDeleteMengangkakan dan merumuskan hal abstrak buatmu out of the box. buatku sama dengan memasukkan ia ke dalam box.
bukti konkretnya~~> "kelamaan" yg kamu sebut di jurnal.
maaf maksudnya kelamaan yang mana ya?
ReplyDeletekalau maksudnya "ke'lama'an" yang di paragraf dua itu kan hanya pengantar dan itu tidak ada hubungan dengan bagian bawahnya, saya hanya ingin mengaitkan 'persamaan garis linearnya saja' :)
hemm... sebenarnya saya juga tidak ingin memaksa kamu buat setuju sih, tapi saya juga gak pengen kamu jadi antipati, gimana ya..
memangnya sesuatu itu harus di sepakati atau tidak di sepakati ya?
harus ada yang menang atau kalah begitu?
sepertinya dari awal memang sudah berbeda frekuensinya dan ini gak akan ketemu, jadi sperti dari awal saya katakan, saya mengalah saja :)