Wednesday 18 January 2012

melihat dalam gelap



Seorang teman menyampaikan kepada saya mengapa kalau mendaki gunung itu enaknya naik pada malam hari bukan pada siang hari, selain agar kita bisa melihat indahnya sunrise dari puncak gunung, menghindari udara yang panas yang dapat mengakibatkan terkurasnya energi dan hal yang terpenting menurutnya adalah sugesti.

Sugesti? yup sugesti yang dapat menyebabkan kita bisa naik ke puncak gunung, karena sepanjang perjalanan kita tidak menyadari sudah berapa panjang perjalanan yang sudah di tempuh, serta berapa tinggi gunung sudah di daki, karena gelapnya malam yang hanya di bantu oleh cahaya senter yang bila beruntung bisa dapat sinaran bulan dan bintang yang bertaburan.

Saya mencoba menganalogikan hal ini dengan kehidupan. Gunung diibaratkan sebagai puncak cita-cita, keinginan tertinggi saat hidup di dunia, maupun keinginan hakiki seorang manusia untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Cahaya senter ataupun pancaran sinar dari bulan dan bintang anggaplah sebuah keinginan murni atas sebuah cita-cita, ataupun sebuah cahaya hidayah dari Alloh SWT.

Sugesti adalah hal yang ingin saya bahas lebih lanjut, katakanlah gelap yang membuat kita berani melangkah tanpa melulu melihat ke belakang(bawah) dan juga tanpa rasa khawatir yang berlebihan akan jalan yang ada di depan (puncak), maka kita akan bergerak terus, mengikuti jalan setapak dan juga cahaya yang ada, hingga akhirnya tanpa sadar kita sudah mendekati puncak dan mampu melihat sunrise, tapi jangan pula sampai kita tidak memiliki cahaya itu tentu tidak bisa jalan juga toh.

'gelap' itu perlu agar kita bisa fokus dan menjalani path yang sudah ada. :)

21 comments:

  1. Duh duh... Buat menangkap makna analoginya, kok aye butuh berfikir keras yak? Emang dasar dudul dah aye o_O

    ReplyDelete
  2. dapet kok analoginya...

    sejujurnya, saya tidak suka naik malam. hehehe....
    soalnya ngantuk, dingin.
    enaknya jlalan malam sih, jalur-jalur yang sulit, ga keliatan. tau-taunya udah bisa dilewati. :))

    ReplyDelete
  3. hemm... terlalu rumitkah bahasanya? maklum anak sains menulis hehe

    ReplyDelete
  4. setuju, iya emang ngantuk plus dingin, tp ya itu tiba2 dah di atas aja :D (koq jadi malah bahas gunung ni hihi)

    ReplyDelete
  5. yg mudheng anak qmia
    tu indev a.k.a evi jg qmia
    hehe

    ReplyDelete
  6. hehe iya ya, mungkin karena frekuensinya sama or krn dpt chemistrynya :D

    ReplyDelete
  7. Sekarang gak ada macan yak di gunung. Bukannya macan suka keluar kalo malam?
    Hooh bisa aja deh analoginya. Saya mah gak kepikiran :D

    ReplyDelete
  8. di beberapa gunung memang masih ada macan, tp klo ada mbak lia kayakna macannya takut piss ^_^v

    ReplyDelete
  9. Wkwkwk iya takut dijudesin pastinya macan2 itu :p

    ReplyDelete
  10. wah sy gak bilang mbak lia judes loh yaaaaa :D

    ReplyDelete
  11. Gak usah dibilangin, udah merasa sendiri ;p

    ReplyDelete
  12. baiklah kalau begitu saya menjauh :D

    ReplyDelete
  13. Aah, jgn begitu aah.. *tarik-tarik Rin*

    ReplyDelete
  14. jadi pembahasannya udah selesai atau mau dibahas di jurnal selanjutnya? *komen anak bahasa :))

    ReplyDelete